tari reog ponorogo |
LATAR BELAKANG
Kebudayaan adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek
kehidupan manusia, yang dihayati dan dimiliki bersama. Didalam kebudayaan
terdapat kepercayaan kesenian dan adat istiadat. Kata kebudayaan memiliki kata
dasar “budaya” yang berarti pikiran , akal budi, hasil.Menurut ilmu Antropologi
yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1985).Kebudayaan adalah seluruh
kemampuan manusia yang didasarkan pada pemikiran , tercemin pada perilaku dan
pada benda –benda hasil karya mereka, yang diperoleh dengan cara belajar.Dengan
demikian kebudaayaan merupakan ciptaan manusia. Di era globalisai ini semakin
banyak masyarakat yang menganggap
kesenian khas daerah yang dalam hal ini adalah Reog Ponorogo hanya sebuah
kesenian masa lalu yang dianggap kesenian memanggil setan dengan aura mistis.
Dan dalam kenyataannya semakin banyak masyarakat yang melupakan warisan
kebudayan daerah karena semakin majunya hiburan.Reog Ponoroga merupakan
kesenian khas Ponorogo yang pada
akhirnya akan luntur apabila tidak ada peran pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat dalam melestarikan kesenian tersebut dan bahkan warga negara lain
yang notabene buka merupakan kesenian khas daerah meraka justru mau
melestarikan peninggalan budaya masa lalu itu. Dan dampaknya muncul kontraversi
kalau negara tetangga mulai mengakui kesenian khas daerah negara kita.
Pengertian Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa
Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang
sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua
sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu
budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Sejarah Reog
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di
masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok (Departmen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1978-1979, Reog di Jawa Timur, Jakarta). Namun salah satu cerita
yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang
abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa
pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja
Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya
dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan
Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan
perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu
kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini
akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa
pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki
Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog
menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa
yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol
untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai
kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur
dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari
gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan
Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada
dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian
dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya
dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan
Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan
oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran
akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara
diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat,
namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter
dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri
Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang
Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di
tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja
Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan
Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian
hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.
Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara KerajaanKediri dan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan
"kerasukan" saat mementaskan tariannya.
Pementasan Reog
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti
pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo
terdiridari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama
biasanyadibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan
mukadipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang
pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang
menaikikuda. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang
menaikikuda:
A.Tarian pembuka
Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari
laki-lakiyang berpakaian wanita.Tarian ini dinamakan tari jaran kepangatau
jathilan,yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tarikuda
lumping.Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak
kecil yangmembawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
B.Tari inti
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti
yangisinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika
berhubungandengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan.
Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.Adegan dalam seni
reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusunrapi. Disini selalu ada
interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpinrombongan) dan
kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemainyang sedang pentas dapat
digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.
C.Tarian penutup
Adegan terakhir adalahsinga barong,dimana pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burungmerak dan
mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat
sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan
berlangsung. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topengyang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain
diperoleh dengan latihan yang berat, jugadipercaya diproleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan dantapa.Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk,
kenong, genggam, ketipung, angklung danterutama salompret, menyuarakan nada
slendro dan pelog yang memunculkanatmosfir mistis, unik, eksotis serta
membangkitkan semangat. Satu groupReog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua,
sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono
Suwandono. Jumlahkelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran
utama berada pada tangan warok dan
pembarongnya.
4.Tokoh Dalam Pementasan Reog
Jathilan
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh
dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan
prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.
Warok
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang
mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok
adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya,
seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada
orang lain tentang hidup yang baik
Barongan
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling
dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala
Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan
kulit Harimau Gembong
Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti
mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan
sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih
muda ini selalu membawa pusaka tersebut.
Bujang Ganong
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah
satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela
diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh
penonton khususnya anak-anak.
KESIMPULAN
Reog Ponorogo adalah kesenian asli milik Indonesia, khususnya
Ponorogo,Jawa Timur. Kesenian yang satu ini memang sedikit berbau mistik. Tidak
jarang juga dalam sebuah pertunjukan reog ada pemain kesenian reog yang
kesurupan. Namun, ada pawang yang telah bertugas menangani jika ada pemain
yangkesurupan. Kesenian ini terdiri dari lima tokoh utama, yaitu Prabu
KelonoSewandono, bujang ganong, jathilan, warok, dan barongan. Sayangnya,
banyak remaja sekarang ini ada yang belum mengerti dan mengetahui akan kesenian
reog ini . Sehingga diperlukan usaha untuk mengenalkan kesenian Reog Ponorogo
kepada mereka. Melalui makalah ini penyusun berharap para pemuda yang tidak
mengetahui akan kesenian reog ini, setelah membaca makalah ini menjadi lebih
mengenal kesenian reog ini. Sehingga diharapkan timbul rasa bangga karena
mempunyai kesenian reog sebagai salah satu kebudayaan Indonesia.
Semoga Artikel ini dapat Bermanfaat. Jangan Lupa Follow, like,
share dan komen. Terimakasih atas partisipasinya.
Sumber : http://informatic29.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment